JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan Kamis (11/6) sore mendapat tekanan, sehingga levelnya melampaui batas psikologis.
Rupiah ditutup melemah 40 poin atau 0,29 persen menjadi Rp 14.020 per dolar AS dari sebelumnya Rp 13.980 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis, mengatakan penambahan kasus positif COVID-19 harian di Indonesia dalam dua hari terakhir yang mencetak rekor dikhawatirkan akan melebar ke sektor ekonomi dan keuangan.
"Dengan bertambahnya pasien Corona tersebut maka prospek ekonomi ke depan dikhawatirkan bakal tak menentu. Oleh karena itu, wajar kalau pelaku pasar agak takut dan cemas," ujar Ibrahim.
Dari eksternal, bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) telah mengumumkan hasil rapat bulanan. Bukan suku bunga acuan yang ditunggu oleh pelaku pasar, tetapi proyeksi Gubernur Fed Jerome Powell soal prospek ekonomi ke depan.
Sesuai perkiraan, suku bunga acuan masih ditahan di level 0-0,25 persen, yang tidak akan berubah sampai akhir tahun, bahkan bisa sampai 2022. Namun yang membuat pelaku pasar agak cemas adalah sesuatu yang menyertainya.
Dalam rapat kali ini, Federal Reserve memperkirakan ekonomi AS terkontraksi 6,5 persen, jauh memburuk ketimbang proyeksi sebelumnya yang memperkirakan ada pertumbuhan 2 persen.
Kemudian tingkat pengangguran pada tahun ini diperkirakan 9,3 persen, lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 3,5 persen.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp 13.925 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp 13.903 per dolar AS hingga Rp 14.038 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan rupiah menguat menjadi Rp 14.014 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.083 per dolar AS. (antara/jpnn)